Jakarta – Telekomunikasi Indonesia (Telkom) mengembangkan start up (perusahaan rintisan) digital lokal melalui program Indigo sebagai program inkubator dan akselerator sejak 2013.
Langkah ini membuka akses ke jaringan investor hingga membuka jalan bagi startup untuk berkolaborasi dengan Telkom Group.
Vice President (VP) Digital Business Strategy and Governance Telkom, Riza Rukmana, mengatakan sebanyak 214 start up telah bergabung dalam program Indigo Rp90 miliar lebih akses pendanaan mengalir ke perusahaan rintisan tersebut. Sebanyak 96 start up telah berkolaborasi dengan Telkom.
“Sejak 2019 Indigo memperluas program inkubasi ke startup game, IndigoGame, guna meningkatkan nilai market share konten game dimana puluhan pengembang telah terlibat, dan lebih dari 600 ribu us dollar akses permodalan serta kesepakatan dengan tujuh publisher global,” katanya.
Dengan Indigo dilakukan Telkom menyiapkan creative center berupa IndigoHub dan IndigoSpace. IndigoHub dan IndigoSpace terdapat di enam lokasi Indonesia di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar, dan Malang.
Indigo berencana membuka IndigoSpace di kota-kota lain supaya semangat inovasi digital dibawa Indigo bisa dirasakan oleh seluruh start up di Tanah Air.
Start up digital pertama mengikuti program Indigo seperti RUN System pada 2014 yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kemudian, PrivyID (aplikasi tanda tangan digital), Verihubs (penyedia layanan verifikasi data berbasis Artificial Intelligence [AI], dan Nodeflux (aplikasi video analitik berbasis AI).
Selanjutnya, Muslim Life (platform edukasi keluarga muslim), Opsigo (online booking platform dan corporate travel management), Goers (online ticketing system), dan Bahaso (platform e-learning bahasa asing).
Riza Rukmana mengutarakan Telkom dan Indigo menyelenggarakan forum diskusi intensif ‘Ecosystem Dialogue – Future Policy for Better Startup Ecosystem’ di Hotel Tentrem, Yogyakarta pada awal Agustus lalu.
“Kami terus mendukung diskusi terbuka dengan komunitas startup lokal melalui berbagai forum, salah satunya Ecosystem Dialogue. Forum ini menjadi salah satu upaya Telkom memahami dan mengatasi masalah yang dihadapi startup lokal, terutama yang berkaitan kebijakan dan regulasi,” katanya.
Ecosystem Dialogue melibatkan beberapa komunitas startup Yogyakarta untuk berdiskusi tentang wawasan dalam memahami tantangan dan kebutuhan masing-masing.
Salah satu fokus diskusi adalah terkait kebijakan finansial yakni penerimaan investasi dari luar negeri yang lebih kondusif.
Telkom juga melibatkan KADIN Indonesia, BAPPEDA DIY, dan NTT (Nippon Telegraph and Telephone).
Acara juga dihadiri salah satu ekosistem komunitas pengusaha kreatif Yogyakarta, yaitu Yogyakarta Investment Club (YKIC) sebuah komunitas investasi di budaya lokal Yogyakarta dengan prinsip value investing.
Jadi, ini tidak hanya fokus keuntungan finansial, tetapi juga nilai-nilai yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekosistem startup di Yogyakarta.
Founder YKIC, Yasa Nugroho menambahkan pihaknya berkomitmen menjadi katalisator dalam mendorong pertumbuhan startup di Yogyakarta melalui investasi yang berdampak dan berkelanjutan.
Selain itu peluang perluasan akses internasional untuk startup melalui penyelenggaraan NTT Startup Challenge 2024 (NSC 2024).
Acara ini bertujuan menjaring startup-startup potensial di wilayah Asia Tenggara guna memperoleh peluang investasi, jejaring, dan dukungan penguatan produk.
Penyampaian ini juga menunjukkan komitmen Telkom dalam mengakselerasi ekosistem startup di Indonesia hingga tingkat internasional. (adm)
Sumber: detik.com
+ There are no comments
Add yours