Jakarta – Peneliti Artificial Intelligence/AI (kecerdasan buatan) dari Machine Intelligence Research Institute di California, Amerika Serikat (AS), Eliezer Yudkowsky skeptis dengan perkembangan AI.
Bahkan, dia memperingatkan potensi kiamat dari AI lantaran waktu manusia tersisa lima tahun daripada 50 tahun.
Potensi akhir zaman sebagai akhir dari kepunahan manusia yang akan diambil alih oleh teknologi kecerdasan buatan.
“Jika Anda menyuruh saya berdiri di dinding, dan memaksa saya memberikan probabilitas pada hal-hal, saya memiliki rasa bahwa sisa waktu kita saat ini lebih mirip lima tahun daripada 50 tahun. Bisa dua tahun, bisa sepuluh tahun,” katanya kepada Guardian.
Sisa waktu itu manusia menghadapi akhir segala sesuatu karena sudah dikendalikan oleh mesin seperti film Terminator dan neraka seperti Matrix.
Dengan begitu Eliezer Yudkowsky mengusulkan ide untuk melakukan serangan terhadap pusat-pusat data yang menjadi tempat pengembangan dan pelatihan AI.
Gerakan Neo-Luddite juga berpandangan yang sama terhadap adopsi teknologi tanpa mempertimbangkan dampaknya pada perkerjaan dan masyarakat. Gerakan ini yang diwakili Nick Hilton dalam podcast ‘The Ned Ludd Radio Hour’ menyatakan ketidaksetujuan terhadap efisiensi teknologi yang dianggap merugikan hak-hak pekerja.
Walaupun demikian, hasil survei yang diperoleh Gizmodo menyebutkan sebanyak 68% dari 2.778 peneliti yang meneliti kecerdasan buatan (AI) menyatakan bahwa AI akan memberikan dampak positif lebih besar daripada dampak negatif pada manusia.
Namun, mereka prihatin AI berpotensi menjadi kiamat baru bagi umat manusia.
Para peneliti menilai sebanyak 10% manusia tidak akan mampu mengendalikan perkembangan AI, yang menyebabkan kepunahan manusia.
Kondisi ini disadari dengan upaya meminimalisir risiko dalam pengembangan AI, tapi para peneliti terbagi ingin mempercepat pengembangan AI dan ingin melakukan pendekatan lebih hati-hati.
Sebanyak 80% lebih peneliti AI menganggap bahwa isu yang paling signifikan terkait AI adalah kemampuannya menyebarkan informasi yang keliru.
Kondisi ini menjadi perhatian serius saat penyebaran informasi yang tidak akurat dan potensi dampaknya terhadap masyarakat. (adm)
Sumber: detik.com
+ There are no comments
Add yours