Jakarta – DBS Foundation dan Dicoding menggelar Coding Camp bagi mahasiswa pendidikan tinggi dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Langkah ini guna membentuk lulusan terampil yang siap berkarier di perusahaan teknologi dan startup.
Bank DBS mengumumkan kucuran dana SG$1 miliar selama 10 tahun ke depan terhitung sejak awal 2023.
Kegiatan ini untuk mendukung komunitas rentan dan meningkatkan dampak sosial, meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah, dan kurang beruntung untuk membina komunitas yang lebih inklusif.
Program Coding Camp digelar DBS Foundation didanai dari sebagian sebesar SG$100 juta pertama yang diluncurkan pada 2024. Sejak awal diselenggarakannya program ini sebanyak 114.000 lebih peserta telah menerima pelatihan.
Dari jumlah ini sebanyak 56% merupakan mahasiswa pendidikan tinggi dan pelajar pendidikan menengah terbagi atas 17.000 peserta dari studi diploma dan SMK) yang merepresentasikan jenjang pendidikan vokasi.
Program Coding Camp berfokus pada pemberdayaan sosial karena mendukung kelompok rentan sebagai peserta.
DBS Foundation akan menggelar Coding Camp pada 2025 didorong minat tinggi para pendaftar mengikuti program pelatihan di bidang teknologi informasi (TI).
Peserta ini dididik perguruan tinggi dan pelajar sekolah menengah, termasuk mahasiswa program diploma D3 dan D4 dan pembelajar SMK sebagai peserta prioritas.
Target lainnya adalah kalangan difabel, perempuan, pendidik, dan warga berpenghasilan rendah.
Peserta terpilih akan memperoleh pelatihan teknologi terstruktur selama 900 jam lebih atau sepanjang satu semester mulai awal 2025. Selain itu soft skills seperti komunikasi dan berjejaring berupa personal branding, persiapan wawancara kerja.
Kemudian, bahasa Inggris berisi percakapan dan presentasi bisnis serta literasi keuangan antara lain keuangan pribadi, investasi, dan manajemen kekayaan).
Para peserta dapat memilih salah satu dari dua alur belajar berikut, yakni Front-End & Back-End atau Machine Learning. Keduanya masuk dalam daftar 10 pekerjaan paling dicari menurut Linkedin.
Di alur belajar front-end dan back end, peserta akan mempelajari pemrograman web baik dari sisi front-end maupun back-end dengan peluang kerja menjadi Front-End Developer, Back-End Developer, dan Fullstack Developer.
Sementara itu di alur belajar machine learning, peserta akan mendalami topik mengenai data, machine learning, deep learning hingga generative Artificial Intelligence (AI) untuk AI/Machine Learning Engineer.
“Kami berharap dapat memberdayakan generasi muda dengan keterampilan digital yang relevan dan siap pakai,” kata Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika.
Untuk mencetak talenta masa depan yang siap bersaing di era teknologi, dan akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berdaya.
“Melalui program ini, seluruh peserta dapat mewujudkan aspirasi dan cita-cita sesuai dengan ‘spark’ atau minatnya masing-masing di masa depan,” ujarnya.
Pendaftaran Coding Camp 2025-2026 sudah dibuka sekatang akan memberikan pelatihan teknologi terstruktur bagi 6.000 calon talenta digital unggulan di Indonesia yang dapat berkontribusi bagi ekosistem lokal atau menjadi inovator global.
Direktorat Jenderal Vokasi menyampaikan apresiasi tinggi pada DBS Foundation atas inisiatifnya dalam menggagas Coding Camp ini untuk Indonesia. Program persiapan karier ini memiliki desain yang sangat baik dan inklusif.
Kini penguasaan TI sangat diperlukan oleh mahasiswa dari berbagai bidang studi.
“Kami yakin bahwa Coding Camp ini akan mampu menghasilkan lulusan-lulusan vokasi yang lebih unggul, berdaya saing tinggi, dan memiliki keterampilan yang berguna untuk masa depan,” ujar Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Dr. Beny Bandanadjaja, S.T., M.T.
Coding Camp powered by DBS Foundation telah memberikan pembelajaran teknologi yang inklusif bagi 26.000 perempuan, 946 penyandang disabilitas, dan 22.000 lebih peserta dari keluarga pra-sejahtera selama dua tahun terakhir.
Alumni Coding Camp, Hani Amany Elisadi (24) menyatakan keterbatasan kemampuan komunikasi tak menyurutkan semangat belajar Hani sebagai tuna grahita. Keterampilan yang diperoleh membentuk kesiapan sebagai staf TI di Perum Peruri.
“Belajar di Coding Camp yang difasilitasi oleh DBS Foundation membuat saya punya skills tambahan di bidang Front-End sehingga dapat kesempatan untuk punya karier yang maju,” ucapnya.
Sementara itu alumni lainnya adalah Mohamad Aji Hermansya (21) sebagai inovator muda yang masih menempuh studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak di Politeknik Negeri Banyuwangi.
“Pengalaman belajar saya di program ini memperluas wawasan saya di bidang Front-End dan membuat saya percaya diri untuk membangun Puspa Daya, sebuah aplikasi yang dapat merekam status gizi bayi secara otomatis,” ucapnya.
Kelahiran inovasi ini didasari keprihatinannya pada angka stunting tinggi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim). Proyeknua didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) yang didukung oleh The University of Sydney. (adm)
Sumber: detik.com
+ There are no comments
Add yours