Jakarta – Starlink akan meluncurkan layanan Direct to Cell yang memungkinkan jaringan internet dari satelit secara langsung bisa diakses menggunakan smartphone tidak seperti provider telekomunikasi di Indonesia.
Direct to Cell adalah teknologi yang memungkinkan smartphone bisa mengakses jaringan internet langsung dari satelit Starlink untuk melakukan berbagai aktivitas seperti short message service (SMS), telepon, internetan, dan menghubungkan Internet of Things (IoT).
Layanan ini memiliki onboard modem eNodeB canggih sebagai Menara Base Transceiver Station (BTS) di ruang angkasa, sehingga tidak memerlukan menara BTS di darat.
Layanan Direct to Cell Starlink diuji pada 8 Januari 2024 yang berhasil mengirim dan menerima pesan teks pertama menggunakan spektrum jaringan T-Mobile yang meluncur di angkasa enam hari sebelumnya.
Direct to Cell Starlink baru memungkinkan untuk digunakan layanan pesan teks pada 2024. Layanan ini akan diperluas ke suara, data, dan menghubungkan dengan IoT pada tahun depan.
Beberapa kelebihan dari layanan Direct to Cell Starlink:
1.Tanpa BTS
Direct to cell tidak membutuhkan menara Base Transceiver Station (BTS). Dengan demikian, layanan ini tidak membutuhkan lahan di darat untuk mendirikan menara. Apalagi selama ini sering terjadi penolakan pembangunan BTS yang berada di dekat pemukiman warga.
2.Jaringan Lebih Luas hingga ke Daerah Terpencil
Karena menggunakan jaringan satelit luar angkasa, jangkauan sinyalnya pun bisa luas. Hal ini memungkinkan jaringannya diakses di darat, pegunungan, maupun perairan. Daerah terpencil pun diklaim dapat menikmati layanan ini.
3.Memudahkan Pertolongan Darurat
Jaringan yang luas juga akan memudahkan siapapun yang membutuhkan pertolongan darurat, seperti terkena bencana alam maupun kecelakaan di tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.
Sekjen Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Marwan O Baasir, mengemukakan regulasi perlu dibuat pemerintah, karena perusahaan telekomunikasi lokal telah berinvestasi triliunan rupiah untuk menyediakan akses internet ke berbagai daerah.
“Kalau Direct to Cell masuk, pertanyaannya kebayang nggak, empat perusahaan seluler sudah investasi ratusan triliun dengan semua tenaga kerja dan mitra teknologi,” katanya.
Sejumlah penyedia telekomunikasi di Indonesia, seperti Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren dikhawatirkan kalah bersaing yang berimbas bagi jutaan tenaga kerja yang berkaitan dengan perusahaan ini.
Sekarang berapa banyak tenaga kerja yang bergerak sekarang di operator, rantai tata niaga, supplier, produksi, agensi, promosi, dan sebagainya.
“Belum lagi dunia pendidikan yang terlibat, jutaan orang terlibat, kemudian tiba-tiba datang satu pemain (Starlink) dikasih kemudahan. Saya khawatir satu sampai dua tahun ambruk industrinya,” ujarnya. (adm)
Sumber: detik.com
+ There are no comments
Add yours